Nama : Saraswati Diana
Kelas : 3EB19
Npm : 26212845
Bahasa Indonesia
ke-1
Tugas nomor
1
Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi
– proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Macam-macam
Penalaran, Penalaran ada dua jenis yaitu
Induktif
Induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Ya itu kuncinya "dari yang
khusus menuju yang umum. Bila diuraikan, jangan terpatok pada gaya definisi
seseorang, coba uraikan sendiri definisi paragraf induktif dengan kata kunci
"dari khusus ke umum" tadi. Atau kalau memang malas menguraikan, mari
lihat definisi berikut;
Paragraf
Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa
yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa
khusus di atas.
Masih kurang puas dengan definisi
tersebut? Baiklah karena definisi yang baik disertai dengan batasan dan
ciri-cirinya. Kita uraikan ciri-cirinya. Ciri-ciri paragraf induktif dapat
diketahui dengan melihat atau membuat sebuah paragraf. Apabila dalam paragraf
itu mula-mula menyebutkan peristiwa khusus dan diakhiri dengan kesimpulan
berdasar peristiwa khusus tersebut, maka bisa dipastikan anda sedang membaca
atau membuat paragraf induktif.
Ingin
paragraf diatas dibuat terpisah dalam bentuk item ciri-ciri, agar lebih mudah
difahami? Oke, berikut ciri-ciri paragrad induktif dalam bentuk list:
Ciri-ciri
Paragraf Induktif
·
Terlebih dahulu menyebutkan
peristiwa-peristiwa khusus
·
Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan
peristiwa-peristiwa khusus
·
Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
·
Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama,
Kalimat Penjelas kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
·
Gagasan Utama terdapat pada kalimat
utama
·
Kalimat penjelas terletak sebelum
kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
·
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang
mendukung gagasa utama
Contoh
:
- Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
- Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan
---> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
Deduktif
deduktif adalah
contoh suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum,
lebih luas. Setelah itu ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat
khusus atau lebih spesifik. Atau juga dapat diartikan, suatu paragraf yang
kalimat utamanya berada di depan paragraf kemudian diikuti oleh kalimat
penjelas.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.
Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.
Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kalimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis Proposisi
• Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kalimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis Proposisi
• Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
• Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2,
yaitu :
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
1. Semua petani harus bekerja keras.
2. Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
1. Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
2. Paman bernyanyi dan menari.
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
1. Semua petani harus bekerja keras.
2. Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
1. Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
2. Paman bernyanyi dan menari.
• Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2
jenis, yaitu:
a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
1. Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
2. Semua daun pasti berwarna hijau.
b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
1. Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
2. Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
3. Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
1. Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
2. Semua daun pasti berwarna hijau.
b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
1. Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
2. Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
3. Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
• Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
1. Semua dokter adalah orang pintar.
2. Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
1. Semua harimau bukanlah singa.
2. Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
1. Semua dokter adalah orang pintar.
2. Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
1. Semua harimau bukanlah singa.
2. Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
• Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke
dalam 2 jenis, yaitu:
a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
1. Semua gajah bukanlah kera.
2. Tidak seekor gajah pun adalah kera.
b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
1. Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
2. Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
1. Semua gajah bukanlah kera.
2. Tidak seekor gajah pun adalah kera.
b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
1. Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
2. Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
Inferensi dan Implikasi
Inferensi
Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus
dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang
ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis
(pembicara). Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat
sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna
yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis. Karena jalan pikiran
pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja
kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi
maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang
harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara
harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara atau
penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud)
pembicara atau penulis.
Inferensi terbagi menjadi 2,
diantaranya Inferensi langsung dan Inferensi tidak langsung:
a. Inferensi Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk
penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari
premisnya.
Contoh:
·
“Bu, besok
temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju
baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan
tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
b. Inferensi Tidak Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A
: Anak-anak begitu gembira ketika ibu
memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa. Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa. Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C
: Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek
komplit.
Contoh yang lain :
A
: Saya melihat ke dalam kamar itu.
B
: Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link diberikan
inferensi, misalnya:
C: kamar
itu memiliki plafon.
Implikasi
Implikasi diwujudkan dengan pernyataan “jika-maka” atau
juga “if-then“. Implikasi adalah suatu pernyataan logika yang hanya
akan bernilai salah ketika sebab bernilai benar dan akibat
bernilai salah. Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel kebenaran berikut:
Tetapi kita harus ingat kalau “jika
A maka B” tidak sama dengan “jika B maka A” karena alur implikasi hanyalah
berjalan satu arah saja.
Contoh:
- “Jika lampu merah menyala maka kendaraan bermotor akan berhenti”
kalimat diatas tidak akan sama
dengan :
- “Jika kendaraan bermotor berhenti maka lampu merah menyala”
Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya. Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya. Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam ergumentasi, seorang penulis dapat mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia mengganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistic, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Cara
Menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
a. Konsistensi
Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.
b. Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
a. Konsistensi
Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.
b. Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
Cara Menilai
Autoritas
Apa yang harus
dilakukan bila seseorang sedang menghadapi kenyataan bahwa pendapat berbagai
autoritas itu berbeda? Yang dapat dilakukan adalah membandingkan autoritas itu,
mengadakan evaluasi atas pendapat tersebut untuk menemukan suatu pendapat yang
dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat
memilih beberapa cara pokok sebagai berikut.
a. Tidak Mengandung Prasangka
Tidak
mengandung prasangka artinya pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang
dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka yaitu autoritas tidak boleh
memperoleh keuntungan pribadi dari data eksperimennya.
Untuk
mengetahui apakah autoritas tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pendapat
atau kesimpulannya, penulis harus memperhatikan apakah autoritas mempunyai
interes yang khusus; apakah dia berafiliasi dengan sebuah ideologi yang
menyebabkan selalu condong kepada ideologi. Bila faktor itu mempengaruhi
autoritas maka pendapatnya dianggap suatu pendapat yang objektif.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua
menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh
menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut
dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas,
penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan
memperkuat kedudukannya.
c. Kemashuran dan Prestise
Faktor
ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat
yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik
kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli menyertakan
pendapatnya dengan fakta yang menyakinkan.
d. Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat
adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang
tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal
itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.
Daftar Pustaka