Pengangguran Menyebabkan Kemiskinan dan Perekonomian Indonesia
Pendahuluan
Pengangguran
akan lebih banyak memberikan dampak yang kurang baik bagi kegiatan ekonomi
suatu Negara. Pengangguran akan menyebabkan beban angkatan kerja yang benar –
benar poduktif menjadi semakin berat, disamping secara sosial pengangguran akan
menimbulkan kecendrungan masalah – masalah kriminalitas dan masalah sosial
lainnya. Pengertian pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja
dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro
ekonomi yang paling utama.
Isi Tulisan
Isi Tulisan
Jakarta
(Media): Perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh antara 6,0% tahun depan.
Pertumbuhan itu didorong stabilnya kondisi makroekonomi dan mulai tumbuhnya
investasi.
Optimisme
perbaikan itu terungkap dari proyeksi ekonomi Institute For Development of
Economics and Finance Indonesia (Indef) dan ekonom Citigroup Anton Gunawan di
Jakarta kemarin. Meski ekonomi tumbuh, itu belum cukup untuk menjawab persoalan
mengurangi jumlah pengangguran dan orang miskin. Prediksi angka pertumbuhan Indef
itu sendikit pesimistis jika dibandingkan dengan angka bank dunia, yang
memperkirakan tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6,2%.
“Pertubuhan ekonomi yang sekarang 5% sebenarnya sudah cepat, tapi kalau
dibandingkan dengan jumlah masalah untuk mengurangi kemiskinan dan
pengangguran, tidak cukup,” kata ekonomi Indef Iman Sugema. Pendorong pertumbuhan
ekonomi pada 2007 adalah konsumsi masyarakat. Selain itu investasi diperkirakan
tumbuh karena perluasan usaha, bukan dari investasi baru. Hal itu dibenarkan
Chief Economist Bank International Indonesia (BII) Ferry Latuhihin. Tahun
depan, menurut Ferry, tingkat suku bunga kredit cebderung rendah sehingga
menciptakan momentum kebangkitan sektor otomotif dan properti. “Tahun ini
pertumbuhan penjualan mobil minus 42%. Tapi tahun depan, ini akan bounce back hingga positif
55%,”tegasnya.
Sebuah negara tidak akan pernah bisa
lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya.
Terlebih pada negara - negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti
Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan Indonesia
sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan penanganan segera supaya
tidak semakin membelit dan menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi negara
yang lebih maju. Indonesia sebenarnya sempat menjadi tempat favorit bagi para
pengusaha dari luar negeri untuk membangun usaha mereka disini. Ya, dengan
alasan murahnya biaya tenaga kerja merupakan salah satu faktor mengapa
Indonesia diincar oleh para pengusaha asing. Namun, ternyata hal tersebut tidak
diimbangi dengan dukungan positif dari pemerintah tentang pengaturan Undang -
Undang investasi dan ketenagakerjaan sehingga malah memunculkan banyak masalah
baru sehingga mengakibatkan dampak terparah berupa relokasi tempat usaha ke
negara lain. Banyak yang harus dibenahi untuk menyelesaikan masalah
ketenagakerjaan. Diantaranya adalah dengan membekali berbagai macam ketrampilan
bagi para tenaga kerja usia produktif supaya lebih mampu bersaing di dunia
kerja tidak hanya dalam bursa tenaga kerja lokal namun juga bursa tenaga kerja
dunia.
Dampak terbesar dari terjadinya
relokasi tempat usaha adalah meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.
Jumlah pengangguran di Indonesia telah mencapai titik dimana memerlukan
penanganan dari pemerintah dengan sangat serius. Ternyata langkah pemerintah
untuk membuka banyak lapangan kerja baru tidak banyak membantu mengurangi
jumlah pengangguran di Indonesia. Langkah yang dianggap paling tepat adalah
dengan membekali ketrampilan kepada para tenaga kerja produktif yang masih
belum medapatkan pekerjaan dengan harapan mereka bisa membuka lapangan kerja
baru, tidak hanya untuk diri mereka sendiri namun juga untuk masyarakat di
sekitar mereka. Oleh karena itu, dukungan penuh dari pemerintah terhadap para
wiraswasta sangat diharapkan supaya angka pengangguran bisa jauh berkurang.
Masalah yang tidak kalah pentingnya
adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan dianggap sebagai akar dari segala
permasalahan sosial kependudukan yang memiliki efek luar biasa bagi Indonesia.
Harus diakui bahwa hingga saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia masih
sangat tinggi. Upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin adalah
dengan memberikan fasilitas rusunawa yang pada kenyataannya banyak salah
sasaran, memberikan BLT (bantuan langsung tunai) yang ternyata tidak banyak
membantu masyarakat, hingga pemberian aneka subsidi untuk masyarakat miskin.
Berbagai langkah tersebut pada kenyataannya tidak bisa membuat jumlah penduduk
miskin di Indonesia menjadi berkurang. Karena solusi idealnya adalah dengan
memberikan mereka pekerjaan tetap dengan gaji yang memadai sehingga mereka bisa
hidup lebih layak. Ini bukan perkara yang mudah bagi pemerintah.
Berdasarka penyebab terjadinya pengangguran:
- Penyebab Friksionil, adalah pengangguran yang terjadi karena seseorang memilih menganggur sambil menunggu pekerjaan yang lebih baik, yang memberikan fasilitas dan keadaan yang lebih baik.
- Pengangguran Structural, adalah pengangguran yang terjadi karena seseorang di berhentikan oleh perusahaan, karena kondisi perusahaan yang sedang mengalami kemunduran usaha sehingga terpaksa mengurangi tenaga kerja.
- Pengangguran Teknologi, adalah pengangguran yang terjadi karena mulai digunakannya teknologi yang menghentikan tenaga manusia. Seringkali pengangguran ini terjadi karena kemampuan dan keahlian pekerja yang tidak bisa menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
- Pengangguran Siklikal, adalah pengangguran yang terjadi karena terjadinya pengurangan tenaga kerja yang secara menyuluruh, dikarenakan kemunduran dan resesi akonomi. Sehingga ini mirip dengan pengangguran structural, hanya pada pengangguran jenis ini, kejadianya adalah lebih meluas dan menyelurh.
- Pengangguran Musiman, adalah pengangguran yang terjadinya dipeoleh musim. Jenis pengangguran ini sering terjadi pada sector pertanian.
- Pengangguran Konjungtural, adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian / siklus ekonomi.
Pada tahun 2012, Jumlah Penganggur
di Indonesia Berkurang
Di triwulan III-2012, pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 6,17%, sedangkan secara komulatif dari triwulan I
hingga III tahun ini adalah 6,29%. Padahal menurut outlook ekonomi Indonesia,
target pertumbuhan ekonomi yang didapat hingga akhir 2012 adalah 6,3-6,5%.
Pertumbuhan ekonomi cenderung condong ke batas bawah dari target APBN, yaitu di
kisaran 6,3 persen, namun jumlah penganggur sampai dengan triwulan III ini
berkurang sebanyak 460 ribu, dari 7,70 juta pada tahun 2011 menjadi 7,24 juta orang
sampai pada Agustus tahun 2012. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun dari
6,56 persen (2011) menjadi 6,14 persen (2012). Menurunnya TPT diikuti dengan
membaiknya kesempatan kerja formal, yang bertambah sebanyak 2,67 juta dan
kesempatan kerja informal berkurang 1,54 juta.
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Prof. Armida S. Alisjahbana, yang didampingi oleh Deputi Bidang Ekonomi, Prasetijono Widjojo, dalam Konferensi Pers dengan sejumlah wartawan sehubungan Perkembangan Situasi/ Kondisi Perekonomian Saat ini, pada hari Selasa, (6/11), mengatakan ada dua hal yang menggembirakan. Pertama, kesempatan kerja di sektor formal meningkat ditandai dengan proporsi yang bekerja di sektor formal saat ini hampir mencapai 40 persen. “Semakin banyak yang bekerja di sektor formal, sehingga yang bekerja di sektor non formal menjadi 60 persen,” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas. Sekarang ini telah terjadi tren peralihan pekerja di sektor informal ke sektor formal. Tren tersebut, lanjutnya, terjadi karena adanya peningkatan investasi di sektor riil.
Kemudian yang kedua, pengganguran usia muda di tiap jenjang pendidikan juga terus berkurang. Seperti diketahui pada tahun 2001-2005, daya serap kesempatan kerja baru lebih rendah dibandingkan angkatan kerja baru, berakibat jumlah penganggur meningkat. Baru pada tahun 2006 mulai menunjukkan perbaikan, dan hingga tahun 2012, kesempatan kerja baru lebih besar dari angkatan kerja baru sehingga jumlah pengangguran terbuka menurun dengan tingkat 6,14 persen. Kesempatan kerja netto rata-rata per tahun sebesar 130.000-640.000. Walaupun TPT usia muda sudah menurun tetapi jumlahnya masih besar, yaitu lebih 5,3 juta, dan sebagian besar di perkotaan. Tingginya persentase penganggur berpendidikan SD dan SLTP, yang tercatat pada tahun 2012 sebesar 52%, menunjukkan fenomena penganggur usia muda berpendidikan rendah.
Oleh karena itu, jelas Ibu Armida lagi, untuk menurunkan pengangguran dan mengurangi pekerja yang tidak produktif, program-program untuk masyarakat berpenghasilan rendah, perlu diperluas sehingga menjangkau lebih luas terutama yang berada di perdesaan. Juga, kesempatan kerja yang diciptakan tidak semata-mata menyediakan untuk pencari kerja (penganggur).
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Prof. Armida S. Alisjahbana, yang didampingi oleh Deputi Bidang Ekonomi, Prasetijono Widjojo, dalam Konferensi Pers dengan sejumlah wartawan sehubungan Perkembangan Situasi/ Kondisi Perekonomian Saat ini, pada hari Selasa, (6/11), mengatakan ada dua hal yang menggembirakan. Pertama, kesempatan kerja di sektor formal meningkat ditandai dengan proporsi yang bekerja di sektor formal saat ini hampir mencapai 40 persen. “Semakin banyak yang bekerja di sektor formal, sehingga yang bekerja di sektor non formal menjadi 60 persen,” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas. Sekarang ini telah terjadi tren peralihan pekerja di sektor informal ke sektor formal. Tren tersebut, lanjutnya, terjadi karena adanya peningkatan investasi di sektor riil.
Kemudian yang kedua, pengganguran usia muda di tiap jenjang pendidikan juga terus berkurang. Seperti diketahui pada tahun 2001-2005, daya serap kesempatan kerja baru lebih rendah dibandingkan angkatan kerja baru, berakibat jumlah penganggur meningkat. Baru pada tahun 2006 mulai menunjukkan perbaikan, dan hingga tahun 2012, kesempatan kerja baru lebih besar dari angkatan kerja baru sehingga jumlah pengangguran terbuka menurun dengan tingkat 6,14 persen. Kesempatan kerja netto rata-rata per tahun sebesar 130.000-640.000. Walaupun TPT usia muda sudah menurun tetapi jumlahnya masih besar, yaitu lebih 5,3 juta, dan sebagian besar di perkotaan. Tingginya persentase penganggur berpendidikan SD dan SLTP, yang tercatat pada tahun 2012 sebesar 52%, menunjukkan fenomena penganggur usia muda berpendidikan rendah.
Oleh karena itu, jelas Ibu Armida lagi, untuk menurunkan pengangguran dan mengurangi pekerja yang tidak produktif, program-program untuk masyarakat berpenghasilan rendah, perlu diperluas sehingga menjangkau lebih luas terutama yang berada di perdesaan. Juga, kesempatan kerja yang diciptakan tidak semata-mata menyediakan untuk pencari kerja (penganggur).
Grafik: Penganggur Usia Muda Menurut
pendidikan
Hal yang tidak terelakkan dari
‘turun’nya jumlah angkatan kerja itu adalah prosentase pengangguran di
Indonesia.
Ini adalah grafik prosentase
pengangguran terhadap jumlah penduduk Indonesia, yang menunjukkan adanya
peningkatan setiap tahunnya, mencapai 10% di tahun 2011 lalu.
Bahkan jika dihadapkan pada jumlah
angkatan kerja, prosentase pengangguran di Indonesia mencapai 69% dari total
angkatan kerja.
Dari pie chart di atas diketahui
bahwa hampir seperempat (24%) dari angkatan kerja kita adalah
‘pengangguran terdidik’, yaitu yang mengecap jenjang pendidikan tinggi
(diploma/sarjana).
Penutup
Pengangguran
atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran
terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang
tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.Juga kompetensi pencari kerja
tidak sesuai dengan pasar kerja.Selain itu juga kurang efektifnya informasi
pasar kerja bagi para pencari kerja. Setiap penganggur diupayakan memiliki
pekerjaan yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai
Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih
tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.
Ketidak
merataan pendapatan karyawan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik juga
sangat berpengaruh terhadap ketenagakerjaan di Indonesia. Semua permasalahan
hal diatas tampaknya sudah dipahami oleh pembuat kebijakan (Decision Maker).
Namun hal yang tampaknya kurang dipahami adalah bahwa masalah ketenagakerjaan
atau pengangguran bersifat multidimensi, sehingga juga memerlukan cara
pemecahan yang multidimensi pula.
Daftar Pustaka
Koran media Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar