Isu Etika Signifikan
dalam dunia bisnis dan profesi
Ø BENTURAN
KEPENTINGAN
Benturan kepentingan terjadi apabila perusahaan atau pemilik
perusahaan berada dalam kapasitas dan posisi yang memungkinkannya mengambil
keputusan yang menguntungkan kepentingan pribadi atau perusahaan tanpa
dilandasi pertimbangan yang adil dan objektif. Dalam kasus pebisnis menduduki
posisi di pemerintahan atau lembaga legislatif, dikhawatirkan terjadi konflik
kepentingan yang disebut oleh Kernaghan dan Langford sebagai self-dealing.
Bagaimanapun, benturan kepentingan tidak selalu berasal dari kapasitas atau
posisi formal pelaku bisnis dalam pemerintahan atau legislatif. Benturan
kepentingan juga dapat berasal dari kekuatan lain seperti kekuatan keuangan dan
kemampuan melobi. Banyak pelaku bisnis yang memiliki kedua hal itu meski berada
di luar pemerintahan atau lembaga legislatif. Akibatnya, mereka bukan saja
dapat terjebak dalam benturan kepentingan, namun juga perbuatan-perbuatan
tercela.
Boleh jadi memang tidak selalu ada aturan formal yang khusus
dibuat untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan. Namun terlepas dari ada
atau tidaknya aturan formal, pelaku bisnis hendaknya tidak hanya melihat
benturan kepentingan dari aspek legal formal semata. Harus pula dipertimbangkan
masalah etika. Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut
benar-salah, baik-buruk. Pelaku bisnis yang peduli kepada etika tidak akan
melakukan perbuatan yang melanggar hukum, menghindari tindakan-tindakan yang
dapat menimbulkan tuntutan hukum, dan menghindari tindakan-tindakan yang akan
menghancurkan citra dan reputasi pelaku bisnis. Namun di samping ketiga hal
itu, pelaku bisnis yang peduli etika juga akan menghindari perilaku yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan, termasuk dengan kekuasaan.
Ketidakpedulian terhadap etika bukan hanya akan berdampak buruk
bagi masyarakat, namun juga bagi perusahaan dan pelaku bisnis sendiri, seperti
anjloknya reputasi serta harus dikeluarkannya untuk memulihkan reputasi yang
hilang, yang seringkali amat mahal. Namun yang paling sulit dikembalikan adalah
hilangnya kepercayaan publik terhadap segala tindakan yang dilakukan pelaku
bisnis di masa depan.
Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau
pemegang saham utama perusahaan.
Perusahaan menerapkan kebijakan bahwa personilnya harus menghindari investasi, asosiasi atau hubungan lain yang akan mengganggu, atau terlihat dapat mengganggu, dengan penilaian baik mereka berkenaan dengan kepentingan terbaik perusahaan. Sebuah situasi konflik dapat timbul manakala personil mengambil tindakan atau memiliki kepentinganyang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan pekerjaannya secara obyektif dan efektif.
Perusahaan menerapkan kebijakan bahwa personilnya harus menghindari investasi, asosiasi atau hubungan lain yang akan mengganggu, atau terlihat dapat mengganggu, dengan penilaian baik mereka berkenaan dengan kepentingan terbaik perusahaan. Sebuah situasi konflik dapat timbul manakala personil mengambil tindakan atau memiliki kepentinganyang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan pekerjaannya secara obyektif dan efektif.
Benturan kepentingan juga muncul
manakala seorang karyawan, petugas atau direktur, atau seorang anggota dari
keluarganya, menerima tunjangan pribadi yang tidak layak sebagai akibat dari
kedudukannya dalam perusahaan. Apabila situasi semacam itu muncul, atau apabila
individu tidak yakin apakah suatu situasi merupakan benturan kepentingan, ia
harus segera melaporkan hal-hal yang terkait dengan situasi tersebut kepada
petugas kepatuhan perusahaan. Apabila manajemen senior perusahaan menetapkan
bahwa situasi tersebut menimbulkan benturan kepentingan, mereka harus segera
melaporkan
benturan
kepentingan tersebut kepada komite pemeriksa.
Berikut
ini merupakan berberapa contoh upaya perusahaan / organisasi dalam menghindari
benturan kepentingan :
1. Menghindarkan
diri dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
2. Mengusahakan
lahan pribadi untuk digunakan sebagai kebun perusahaan yang dapat menimbulkan
potensi penyimpangan kegiatan pemupukan.
3. Menyewakan
properti pribadi kepada perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan
kegiatan pemeliharaan.
4. Memiliki
bisnis pribadi yang sama dengan perusahaan.
5. Menghormati
hak setiap insan perusahaan untuk memiliki kegiatan di luar jam kerja, yang
sah, di luar pekerjaan dari perusahaan, dan yang bebas dari benturan dengan
kepentingan.
6. Mengungkapkan
dan melaporkan setiap kepentingan dan atau kegiatan-kegiatan di luar pekerjaan
dari perusahaan, yaitu:
a. Kepada atasan langsung bagi karyawan,
b. Kepada
Pemegang Saham bagi Komisaris, dan
c. Kepada Komisaris dan Pemegang Saham
bagi Direksi.
d. Menghindarkan
diri dari memiliki suatu kepentingan baik keuangan maupun non-keuangan pada
organisasi / perusahaan yang merupakan pesaing, antara lain :
1) Menghindari
situasi atau perilaku yang dapat menimbulkan kesan atau spekulasi atau
kecurigaan akan adanya benturan kepentingan. Mengungkapkan atau melaporkan
setiap kemungkinan (potensi) benturan kepentingan pada suatu kontrak atau
sebelum kontrak tersebut disetujui.
2) Tidak
akan melakukan investasi atau ikatan bisnis pada individu dan pihak lain yang
mempunyai keterkaitan bisnis dengan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3) Tidak
akan memegang jabatan pada lembaga-lembaga atau institusi lain di luar
perusahaan dalam bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan tertulisdari
yang berwenang.
Bentuk-bentuk
dari Benturan Kepentingan yaitu;
a. Pertimbangan yang bias Benturan ini
biasanya berupa pertimbangan akuntan yang mementingkan kepentingan pribadinya
sehingga mengabaikan kepentingan klien.
b. Kompetisi
langsung Ini dapat berupa benturan dalam pekerjaan seorang pegawai dengan
perusahaannya di mana sama-sama memiliki kepentingan
c. Penyalahgunaan kedudukan/posisi
Biasanya dengan kedudukan benturan yang terjadi berupa nepotisme atau
mengedepankan keluarga dengan jabatannya daripada seseorang yang mungkin lebih
ahli yang bukan keluarganya.
d. Pelanggaran
kerahasiaan Pelanggaran ini biasanya untuk mendapatkan kepentingan pribadinya
dengan mengungkapkan rahasia yang merugikan pihak lain.
Benturan yang terjadi pada Akuntan
profesional yaitu kepentingan atau hubungan yang membuat pertimbangan-pertimbangan
seorang akuntan dapat goyah, sehingga seorang akuntan harus tetap menjag
integritas, objektivitas dan independensi nya terhadap setiap kepentinan dan
hubungan. Jenis-jenis
Benturan Kepentingan bagi Akuntan Profesional
1. Kepentingan
pribadi seorang akuntan berbenturan dengan kepentingan stakeholder atau orang
lain.
2. Kepentingan
pribadi akuntan dan beberapa stakeholder berenturan dengan stakeholder lainnya.
3. Kepentingan
satu klien diutamakan daripada kepentingan klien lainnya.
4. Kepentingan
satu atau beberapa stakeholder berbenturan dengan satu atau beberapa
stakeholder lainnya
Ø Etika
Dalam Tempat Kerja
Dunia kerja memang menyimpan banyak sisi, secara positif orang
memang menaruh harapan dari dunia kerja yaitu untuk memenuhi keperluan
hidupnya. Namun tuntutan pekerjaan pun bila tidak dihadapi dengan baik dapat
membawa tekanan bagi pekerja sendiri. Menyikapi hal tersebut mungkin ada
hubungannya dengan fenomena maraknya kegiatan eksekutif bisnis mendalami
nilai-nilai agama. Mereka mengikuti aktivitas keagamaan seperti tasawuf,
kebaktian bersama dan lainnya untuk mengkaji dan mengaplikasikan nilai-nilai
luhuryang selama ini kerap hilang dari dunia kerja.
Kemerosotan nilai dalam dunia kerja juga diakui oleh ahli filsafat
Franz Magnis Suseno, bahwa etika dalam tempat kerja mulai tergeser oleh
kepentingan pencapaian keuntungan secepat-cepatnya. Eika sudah tidak ada lagi
dan kegiatanekonomi hanya dimaknakan sebagai usaha mencari uang dengan cepat.
Akibatnya, perusahaan memberlakukan karyawan dengan buruk dan tidak menghormati
setiap pribadi. Etika dalam profesionalisme bisnis. Ada dua hal yang terkandung
dalam etika bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan
diterjemahkan kepada bagaimana mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan
menolak stigma lama bahwa kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian
memperdayasaingan. Sedangkan tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga
insan bisnis jangan puas hanya terhadap kualitas kerja yang asal-asalan.
Dalam pandangan rasional tentang perusahaan, kewajiban moral utama
pegawai adalah untuk bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari
kegiatan-kegiatan yang mungkin mengancam tujuan tersebut. Jadi, bersikap tidak
etis berarti menyimpang dari tujuan-tujuan tersebut dan berusaha meraih
kepentingan sendiri dalam cara-cara yang jika melanggar hukum dapat dinyatakan
sebagai salah satu bentuk “kejahatan kerah putih”.
Etika dalam profesionalisme bisnis. Ada dua hal yang terkandung
dalam etika bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan
diterjemahkan kepada bagaimana mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan
menolak stigma lama bahwa kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian
memperdayasaingan. Sedangkan tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga
insan bisnis jangan puas hanya terhadap kualitas kerja yang asal-asalan. Adapun
beberapa praktik di dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan
berinteraksi di dalam suatu perusahaan, Adapun
beberapa praktik di dalam suatu pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan
berinteraksi di dalam suatu perusahaan, misalnya:
1. Etika
Terhadap Saingan Kadang-kadang ada produsen berbuat kurang etis terhadap
saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa produk saingan kurang bermutu atau juga
terjadi produk saingan dirusak dan dijual kembali ke pasar, sehingga
menimbulkan citra negatifdari pihak konsumen.
2. Etika
Hubungan dengan Karyawan Di dalam perusahaan ada aturan-aturan dan batas-batas
etika yang mengatur hubungan atasan dan bawahan, Atasan harus ramah dan
menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi kesempatan naik pangkat, dan
memperoleh penghargaan.
3. Etika
dalam hubungan dengan public
a. Hubungan dengan publik harus di jaga
sebaik mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis. Hubungan dengan
public ini menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup.
b. Hubungan
dengan publik harus dujaga sebaik mungkin, agar selalu terpelihara hubungan
harmonis. Hubungan dengan public ini menyangkut pemeliharaan ekologi,
lingkungan hidup. Hal ini meliputi konservasi alam, daur ulang dan polusi.
Menjaga kelestarian alam, recycling (daur ulang) produk adalah uasha-usaha yang
dapat dilakukan perusahaan dalam rangka mencegah polusi, dan menghemat sumber
daya alam.
Ø Aktivitas
Bisnis Internasional – Masalah Budaya
Kepemimpinan berperan sebagai motor
yang harus mampu mencetuskan dan menularkan kebiasaaan produktif di lingkungan
organisasi. Maka dengan demikian, masalah budaya perusahaan bukanlah hanya apa
yang akan dikerjakan sekolompok individu melainkan juga bagaimana cara dan
tingkah laku mereka pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut.
Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu. Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya).
Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu. Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya).
Jadi ketika perusahaan berskala
Internasional yang sudah pasti memiliki banyak karyawan membuat suatu kebijakan
yang kemudian nantinya dilaksanakan oleh karyawannya, semakin lama waktu
berjalan maka kebiasaan tersebut menjadi suatu budaya di perusahaan tersebut,
maka dari itu seharusnya sebuah peusahaan memikirkan matang-matang mengenai
kebijakan yang akan diberlakukan agar tidak menimbulkan budaya yang tidak baik
bagi perusahaan tersebut.
Bagaimana cara dan perilaku manusia
melakukan sesuatu serta bagaimana suatu kelompok individu membentuk kebiasaan.
Kepemimpinan berperan sebagai motor yang harus mampu mencetuskan dan menularkan
kebiasaaan produktif di lingkungan organisasi. Maka dengan demikian, masalah
budaya perusahaan bukanlah hanya apa yang akan dikerjakan sekolompok individu
melainkan juga bagaimana cara dan tingkah laku mereka pada saat mengerjakan
pekerjaan tersebut. Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk
budaya perusahaan.
Hal itu bukanlah sesuatu yang kabur
dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit. Jadi, budaya itu
adalah tingkah laku, yaitu cara individu bertingkah laku dalam mereka melakukan
sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah kebanyakan
perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan
berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan
persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu semua karena
SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu. Mereka sendirilah yang membentuk
budaya itu (masalah budaya).
Semua karena percontohan, penularan
dan panutan dari masing-masing pemimpin. Maka timbul paradigma, mengubah budaya
perusahaan itu sendiri. Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan
terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan
seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat
mendorong terciptanya prilaku. Dan sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya
prilaku yang tidak etis.
Apakah sebuah bisnis merupakan
multinasional sejati atau hanya menjual kepada beberapa pasar luar negeri
tertentu, terdapat sejumlah faktor yang akan berpengaruh terhadap operasi
internasionalnya. Keberhasilan dalam pasar luar negeri sebagian besar
ditentukan oleh cara-cara bisnis tersebut menanggapi hambatan sosial, ekonomi,
hukum, dan politik dalam perdagangan internasional.
Perbedaan
Sosial dan Budaya Setiap perusahaan yang memiliki rencana menjalankan bisnis di
negara lain harus memahami perbedaan antara masyarakat dan budaya negara
tersebut dengan negara asalnya, beberapa perbedaan tentu saja cukup jelas
terlihat. Sebagai contoh, perusahaan harus memperhitungkan faktor bahasa dalam
melakukan penyesuaian terhadap pengepakan, tanda dan logo.
Ø Akuntabilitas
Sosial
Tujuan
Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
1. Untuk
mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi
masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan
produksi suatu perusahaan
2. Untuk
mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya,
mencakup : financial dan managerial social accounting, social auditing.
3. Untuk
menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu
hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu
perusahaan.
Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian.
Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian.
Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah, diantaranya:
1. Menentukan
biaya dan manfaat social Sistem nilai masyarakat merupakan faktor penting dari
manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi dengan
menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan
kontribusi dan kerugian secara spesifik.
2. Kuantifikasi
terhadap biaya dan manfaat saat aktivitas yang menimbulkan biaya
dan manfaat sosial ditentukan
dan kerugian serta kontribusi
3. Menempatkan
nilai moneter pada jumlah akhir. Tanggung Jawab Sosial Bisnis dunia bisnis
hidup ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu ada suatu tanggungjawab social yang dipikul oleh
bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang
memperhatikan lingkungan.
Salah
satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan
dalam pengukuran kontribusi dan kerugian. Prosesnya terdiri dari atas tiga
langkah, diantaranya:
1. Menentukan
biaya dan manfaat sosial Sistem nilai masyarakat merupakan faktor penting dari
manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi dengan
menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan
kontribusi dan kerugian secara spesifik
2. Kuantifikasi
terhadap biaya dan manfaat Saat aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat
sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi
3. Menempatkan
nilai moneter pada jumlah akhir. Tanggung Jawab Sosial Bisnis Dunia bisnis
hidup ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu ada suatu tanggungjawab social yang dipikul oleh
bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang
memperhatikan lingkungan.
Banyak timbul perbedaan pendapat mengenai bahwa tanggungjawab bisnis hanya terbatas sampai menghasilakan barang dan jasa buat konsumen dengan harga yang murah, atau juga ada yang mengatakan tanggungjawab bisnis adalah jangan mengambil keuntungan besar, tetapi yang sewajarnya.
Banyak timbul perbedaan pendapat mengenai bahwa tanggungjawab bisnis hanya terbatas sampai menghasilakan barang dan jasa buat konsumen dengan harga yang murah, atau juga ada yang mengatakan tanggungjawab bisnis adalah jangan mengambil keuntungan besar, tetapi yang sewajarnya.
Dalam dunia bisnis juga semua orang
tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur dari sesamanya, banyak
praktik manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi. Moral
dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis itu
sendiri, karena masalahnya nilai etika hanya ada di dalam hati nurani
seseorang. Etika mempunyai kendali intern dalam hati, berbeda dengan hokum yang
mempunyai unsur paksaan ekstern. Akan tetapi bagi orang-orang yang berkecimpung
dalam bidang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui
bahwa perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya baik
dalam duniawi maupun akhirat.
Ø Manajemen
Krisis
Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah
kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal.
Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis ‘normal’ yang menyebabkan
perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan
dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.
Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat
mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami, musibah
teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang
mogok kerja. Aspek dalam Penyusunan Rencana Bisnis. Setidaknya terdapat enam
aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengkap.
Saat ini, manajemen krisis dinobatkan sebagai new corporate
discipline. Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah
kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal.
Pendekatan yang dikelola dengan baik sebagai respon terhadap kejadian itu
terbukti secara signifikan sangat membantu meyakinkan para pekerja, pelanggan,
mitra, investor, dan masyarakat luas akan kemampuan organisasi melewati masa
krisis. Aspek dalam
Penyusunan Rencana Bisnis Setidaknya terdapat enam aspek yang mesti kita
perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengka Yaitu tindakan untuk menghadapi :
1. Situasi
darurat (emergency response),
2. Skenario
untuk pemulihan dari bencana (disaster recovery),
3. Skenario
untuk pemulihan bisnis (business recovery),
4. Strategi
untuk memulai bisnis kembali (business resumption),
5. Menyusun
rencana-rencana kemungkinan (contingency planning), dan
6. Manajemen
krisis (crisis management).
Penanganan Krisis pada hakekatnya
dalam setiap penanganan krisis, perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas
utama tim manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan
perusahaan selama masa krisis terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis
yang terjadi terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan menjalin
hubungan yang baik dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis yang
terjadi. Sekaligus menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap
aksi-aksi yang diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi.
Sebab
Krisis Krisis terjadi apabila ada benturan kepentingan antara organisasi dengan
publiknya. Secara umum dapat dijelaskan bahwa penyebab krisis
adalah
1. Sebab
umum :
a. Gangguan kesejahtraan dan rasa aman
b. Tanggung
jawab sosial diabaikan
2. Sebab
khusus :
a. kesalahan pengelola yang mengganggu
lapisan bawah
b. penurunan
profit yang tajam
c. Penyelewengan
d. perubahan
permintaan pasar
e. kegagalan/penarikan produk
f. regulasi dan deregulasi
g. kecelakaan
atau bencana alam
Suatu
krisis menurut pendapat Steven Fink dapat dikategorikan kedalam empat level
perkembangan, yakni :
1. Tahap
Prodomal
Krisis pada tahap ini sering dilupakan
orang karena perusahaan masih bisa bergerak dengan lincah. Padahal pada tahap
ini, bukan pada tahap krisis sudah kronis (meledak), krisis sudah mulai muncul.
Tahap prodromal sering disebut pula warning stage karena ia
memberi sirene tanda bahaya mengenai simtom-simtom yang harus segera diatasi.
Tahap ini juga merupakan bagian
dari turning point. Bila manajemen gagal mengartikan atau menangkap
sinyal ini, krisis akan bergeser ke tahap yang lebih serius: tahap akut.
Contoh:
Kasus rush nasabah bank BCA tahun 1998
2. Tahap
Akut
Meski bukan di sini awal mulanya
krisis, orang menganggap suatu krisis dimulai dari sini karena gejala yang
samar-samar atau sama sekali tidak jelas itu mulai kelihatan jelas.
Dalam
banyak hal, krisis yang akut sering disebut sebagai the point
of no return. Artinya, sekali sinyal – sinyal yang muncul pada
tahap peringatan (prodromal) tidak digubris, ia akan masuk ke tahap akut dan
tidak bisa kembali lagi. Kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai
berdatangan, isu menyebar luas. Namun , berapa besar kerugian lain yang akan
muncul amat tergantung dari para aktor yang mengendalikan krisis.
Salah satu kesulitan besar dalam
menghadapi krisis pada tahap akut adalah intensitas dan kecepatan serangan yang
datang dari berbagai pihak yang menyertai tahap ini. Kecepatan ditentukan leh
jenis krisis yang menimpa perusahaan, sedangkan intensitas ditentukan oleh
kompleksnya permasalahan.
3. Tahap
Kronis
Organisasi masih merasakan dampak dari
krisis yang terjadi dan terkadang dampak ini bisa lebih lama dari krisis itu
sendiri.
Tahap
ini disebut sebagai tahap recovery atau self analysis.
Di dalam perusahaan, tahap ini ditandai dengan perubahan
struktural. Berakhirnya tahap akut dinyatakan dengan langkah-langkah
pembersihan.
Contoh:
Kasus tumpahan minyak Kapal Exxon Valdez (1989).
4. Tahap
Resolusi (Penyembuhan)
Tahap ini adalah tahap penyembuhan
(pulih kembali) dan tahap terakhir dari 4 tahap krisis. Meski bencana besar
dianggap sudah berlalu, tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam
kasus-kasus krisis menunjukkan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja
pada tahap ini.
Krisis
umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali pada keadaan semula (prodromal).
Contoh
Kasus :
Kasus
Tylenol Johnson & Johnson
Kasus penarikan Tylenol oleh Johnson
& Johnson dapat dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang
menjunjung tinggi keselamatan konsumen di atas segalanga, termasuk
keuntungan
perusahaan. Johnson & Johnson segera mengambil tindakan intuk mengatasi
masalahnya.
Dengan bertindak cepat dan melindungi kepentingan konsumennya, berarti
perusahaan
telah menjaga trust- nya.
Kasus
obat anti nyamuk Hit
Pada kasus Hit, meskipun perusahaan
telah meminta maaf dan berjanji untuk menarik
produknya,
ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya
bisa
menyebabkan kanker tersebut terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk
berbahaya
itu masih beredar di pasaran.
Kasus
Baterai laptop Dell
Dell akhirnya memutuskan untuk menarik
dan mengganti baterai laptop yang bermasalah dengan biaya USD 4,1 juta. Adanya
video clip yang menggambarkan bagaimana sebuah note book Dell meledak yang
telah beredar di internet membuat perusahaan harus
bergerak
cepat mengatasi masalah tersebut.
Dari ketiga kasus di atas, Hit
merupakan contoh yang kurang baik dalam menangani
masalahnya.
Paradigma yang benar yaitu seharusnya perusahaan memperhatikan adanya
hubungan
sinergi antara etika dan laba. Di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik
merupakan sebuah competitive advantage yang harus dipertahankan. Dalam jangka
panjang, apabila perusahaan meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan
perusahaan maka akan berbuah keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan
sumber :
0 komentar:
Posting Komentar